Minggu, 30 Desember 2012

Memilih Calon Gubsu yang Ideal

Pesta Demokrasi dalam rangka pemilihan Gubernur Sumut alias BK-1 sudah semakin dekat, namun Calon Gubsu dari Balon yang ada belum ditetapkan, tapi para kandidat sudah berusaha untuk melakukan komunikasi politik dalam rangka Face Recognition dan Name Recognition untuk merebut popularitas.

Partai Politik sudah mengatur strategi dalam rangka mengajukan calon yang bisa diterima oleh rakyat dengan mengacu pada pemilihan Gubernur DKI yang berlangsung baru baru ini dan dimenangkan oleh Jokowi-Ahok.

Masyarakat Sumatera Utara dikenal sebagai masyarakat yang cerdas dalam menentukan pilihan terhadap pemimpinnya dan tidak jauh dari cara rakyat DKI yang memilih pemimpinnya yang merakyat dan peduli terhadap rakyat kecil. Mereka sekarang sedang menentukan sikap apakah memilih Gubernur dari seorang dengan latar belakang militer atau seorang sipil, apakah mereka akan memilih seorang calon menurut program yang ditawarkan atau calon yang bersih alias tidak terlibat kasus korupsi dan penggelapan uang negara.

Rakyat Sumatera Utara juga mengalami trauma buruk ketika mereka memilih Gubsu Syamsul Arifin yang akhirnya kandas di tengah jalan akibat terlibat kasus korupsi ketika menjabat Bupati dan tidak mau terulang pada pemilihan Gubsu berikutnya.

Rakyat Sumatera Utara saat ini sedang asyik mendiskusikan beberapa bakal calon Gubsu yang sudah mendaftar pada KPU. Diskusi itu berlangsung di mana saja, di lapo tuak, di cafe, di kedai kopi, di pasar, di pesta, di rumah makan, dan pertemuan pertemuan formal dan informal. Tidak ketinggalan orang Sumut yang merantau di Jakarta.

Diskusi diawali dengan mengajukan pertanyaan, apa yang telah dilakukan oleh pejabat Gubernur sebelumnya dan yang sedang menjabat sekarang. Analisis SWOT pun muncul, apa kelebihan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dihadapi oleh Gubernur tersebut. Terpantau jelas bahwa rakyat Sumatera Utara tidak banyak membicarakan dan mendiskusikan partai politik yang merupakan asal usul dari calon Gubsu tapi mereka lebih cenderung mendiskusikan kapabilitas, acceptabilitas, dan akuntabilitas figur calon yang bersangkutan.

Diharapkan dengan mendiskusikan topik tersebut di atas, calon Gubsu yang ideal akan mendekati kenyataan. Politik uang dan provokasi tidak akan banyak lagi mempengaruhi kemenangan seorang calon sebagaimana terjadi pada pemilihan Gubernur DKI bulan September 2012 lalu. Oleh sebab itu, Partai Politik perlu mengkaji ulang dan cermat dalam mengajukan calon Gubsu yang akan datang. Sebab untuk memenangkan calon Gubsu bukan lagi karena dukungan banyak partai, tapi yang dibutuhkan adalah calon yang memiliki visi dan misi melalui kerja keras membangun dan meningkatkan kesejahteraan rakyat Sumut.

Apakah syarat ini sudah dimiliki oleh para calon yang akan bertarung pada awal 2013, wallahu'alam, mari kita buktikan.!!! (anthonsimbolon@rocketmail.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar